Hakikat Manusia dan Perkembangannya

Manusia merupakan tujuan atau objek sasaran pendidikan. sehingga calon pendidik atau calon guru harus memahami tentang hakikat manusia dan pengembangannya. Pada dasarnya manusia berbeda dengan hewan. Manusia dibekali akal pikiran sedangkan hewan tidak itulah yang membedakan. Ciri-ciri manusia lainnya yang membedakan dengan hewan adalah hakikat manusia. Disebut hakikat manusia karena secara hakiki sifat tersebut hanya dimiliki manusia dan tidak dimiliki oleh hewan. Dengan pemahaman tetang hakikat manusia dan pengembangannya diharapkan calon pendidik dapat menjalan tugas dan kewajibannya yaitu mendidik manusia dengan benar.

 

  1. Rumusan Masalah

a)      Apakah yang dimaksud hakikat manusia?

b)      Apa saja yang disebut sebagai dimensi hakikat manusia?

c)      Bagaimana mengembangkan dimensi hakikat manusia?

d)     Bagaimana gambaran sosok manusia indonesia?

 

  1. Tujuan Penulisan

a)      Untuk memenuhi salah satu tugas dalam mata kuliah pengantar pendidikan

b)      Untuk memahami tetang sifat hakikat manusia

c)      Untuk memahami dimensi-dimensi hakikat manusia

d)     Untuk memahami pengembangan dimensi hakikat manusia

e)      Untuk mengenal sosok manusia indonesia

 

ISI/PEMBAHASAN

Hakikat Manusia

Tuhan menciptakan mahluk hidup diduinia ini atas berbagai jenis dan tingkatan. Dari berbagai jenis dan tingkatan mahluk hidup tersebut manusia adalah mahluk yang paling mulia dan memiliki berbagai kelebihan.

Keberadaan manusia apabila dibandingkan dengan mahluk lain(hewan), selain memiliki insting sebagaimana yang dimiliki hewan, manusia adalah mahluk yang memiliki beberapa kemampuan antara berfikir, rasa keindahan, perasaan batiniah, harapan, menciptakan dan lain-lain.sedangkan kemampuan hewan lebih bersifat insting dan kemampuan berfikir yang rendah untuk mencari makan, mempertahankan diri dan mempertahankan kelangsungan hidup jenisnya.lain halnya dengan manusia, selain memiliki insting manusia juga mampu berfikir(homo sapiens), mampu mengubah dan menciptakan segala sesuatu sesuai dengan rasa keindahan dan kebutuhan hidupnya. Lebih dari itu manusia adalah mahluk moral dan religious.

Dari penjelasan tentang perbedaan manusia dan hewan, maka mucul beberapa pandangan tentang hakikat manusia sebagai berikut:

  1. Pandangan psikoanalitik

a)      Tokoh psikoanalitik (Hansen, stefic, wanner, 1977) menyatakan bahwa manusia [ada dasarnya digerakkan oleh dorongan-dorongan dari dalam dirinya yang bersifat instingtif. Tingkah laku seseorang ditentukan dan dikontrol oleh kekuatan psikologis yang sudah ada pada diri seseorang, tidak ditentukan oleh nasibnya tetapi diarahkan untuk memenuhi kebutuhan dan insting biologisnya.

b)      Sigmund freud mengemukakan bahwa struktur kepribadian seseorang terdiri dari tiga komponen yakni: ide, ego, super ego. Masing-masing komponen tersebut merupakan berbagai insting kebutuhan manusia yang mendasari perkembangan manusia.

  1. Pandangan Humanistik

a)      Pandangan Humanistik(Hansen, dkk, 1977) menolak pandangan Freud bahwa manusia pada dasarnya tidak rasional, tidak tersosialisasikan dan tidak memiliki control terhadapnasibnya sendiri. Tokoh Humanistik (Roger) berpendapat bahwa manusia itu memiliki dorongan untuk menyerahkan dirinya sendiri kearah positif, manusia itu rasional, tersosialisasikan, mengatur, dan mengontrol dirinya sendiri.

b)      Pandangan Adler (1954), bahwa manusia tidak semata-mata digerakkan oleh dorongan untuk memuaskan dirinya sendiri, namun digerakkan oleh rasa tanggung jawab social serta oleh kebutuhan untuk mencapai sesuatu.

  1. Pandangan Martin Buber

Mrtin Buber (1961) tidak sependapat dengan pandangan yang menyatakan bahwa manusia berdosa dan dalam gengaman dosa. Buber berpendapat bahwa manusia merupakan sesuatu keberadaan (eksistensi) yang berpotensi. Namun, diharapkan pada kesemestaan atau potensi manusia itu terbatas.Keterbatasan ini bukanlah keterbatasan yang mendasar (esensial), tetapi keterbatsan factual semata-mata. Ini berarti bahwa yang akan akan dilakukan oleh manusia ini tidak dapat diramalkan dan manusia masih menjadi pusat ketakterdugaan dunia.

  1. Pandangan Behaviouristik

Kaum behaviouristik (Hansen, dkk, 1977) berpendapat bahwa manusia sepenuhnya adalah mahluk reaktif yang tingkah lakunya dikontrol oleh fakto-fakto yang datang dari luar. Lingkungan adalah penentu tunggal dari tingkah laku manusia. Dengan demikian kepribadian individu dapat dikembalikan semata-mata kepada hubungan antara individu dengan lingkungannya, hubungan itu diatur oleh hokum-hukum belajar, seperti teori pembiasaan (conditing) dan peniruan.

Setelah mengikuti beberpa pendapat tentang manusia diatas dapat ditarik beberapa pengertian bahwa:

1)      Manusia pada dasarnya memiliki “teanga dalam” yang mengerakkan hidupnya untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhannya.

2)      Dlam diri manusia ada fungsi yang bersifat rasional dan bertanggung jawab atas tingkah laku social dan rasional individu.

3)      Manusia mampu mengarahkan dirinya ke tujuan posotif, mampu mengatur dan mengontrol dirinya dan mampu menetukan “nasibnya” sendiri.

4)      Manusia pada hakikatnya dalam proses berkembang terus tidak pernah selesai.

5)      Dalam hidupnya individu melibatkan dirinya dlam usaha untuk mewujudkan dirinya sendiri, membantu orang lain, dan membantu dunia lebih baik untuk ditempati.

6)      Manusia merupakan suatu keberadaan berpotensi yang perwujudannya merupakan ketakterdugaan, namun potensi ini terbatas.

7)      Manusia adalah mahluk tuhan yang mengandung kemungkinan baik dan jahat.

8)      Lingkungan adalah penentuan tingkah laku manusia dan tingkah laku ini merupakan wujud kepribadian manusia.

Hakikat Manusia Dengan Dimensi-Dimensinya

Secara filosofis hakikat manusia merupakan kesatauan dari potensi-potensi esensial yang ada pada diri manusia, yakni: Manusia sebagai mahluk pribadi/individu, Manusia sebagai mahluk social, manusia sebagai mahluk susila/moral. Ketiga hakikat manusia tersebut diatas dapat dijabarkan sebagai berikut:

1)      Manusia sebagai mahluk pribadi/individu (individual being)

Lysen mengartikan individu sebagai “orang seorang” sesuatu yang merupakan suatu keutuhan yang tidak dapat dibagi-bagi (in divide). Selanjutnya individu diartikan sebgai pribadi. Karena adanya individualitas itu setiap orang memliki kehendak, perasaan, cita-cita, kencerungan, semangat dan daya tahan yang berbeda.

Kesangupan untuk memikul tanggung jawab sendiri merupakan cirri yang sangat esensial dari adanya individualitas pada diri manusia. Sifat-sifat sebagaimana digambarkan diatas secara potensial telah dimiliki sejak lahir perlu ditumbuh kembangkan melalui pendidikan agar bisa menjadi kenyataan. Sebab tanpa di bina, memlalui pendidikan, benih-benih individualitas yang sangat berharga itu yang memungkinkan terbentuknya sesuatu kepribadian seseorang tidak akan terbentuk semestinya sehingga seseorang tidak memiliki warna kepribadian yang khas sebagai milikinya. Padahal fungsi utama pendidikan adalah membantu peserta didik untuk membentuk kepribadiannya atau menemukan kepribadiannya sendiri. Pola pendidikan yang brsifat demokratis dipandang cocok untuk mendorong bertumbuh dan berkembangannya potensi individualitas sebagaimana dimaksud. Pola pendidikan yang menghambat perkembangan individualitas (misalnya yang bersifat otoriter ) dalam hubungan ini disebut pendidikan yang patologis

2)      Manusia sebagai mahluk social / dimensi social

Setiap anak dikaruniai kemungkinan untuk bergaul. Artinya, setiap orang dapat saling berkomunikasi yang pada hakikatnya di dalamnya terkadung untuk saling memberikan dan menerima. Adanya dimensi kesosialan pada diri manusia tampak lebih jelas pada dorongan untuk bergaul. Dengan adanya dorongan untuk bergaul, setiap orang ingin bertemu dengan sesamanya.

Seseorang dapat mengembangkan kegemarannya, sikapnya, cita-citanya didalam interaksi dengan sesamanya. Seseorang berkesempatan untuk belajar dari orang lain, mengidentifikasikan sifat-sifat yang di kagumi dari orang lain untuk dimilikinya, serta menolak sifat yang tidak di cocokinya. Hanya didalam berinteraksi dengan sesamanya, dalam saling menerima dan member, seseorang menyadari dan menghayati kemanusiaanya.

3)      Manusia sebagai mahluk susila/ dimensi kesusialaan

Susila berasaldari kata su dan sial yang berarti kepantasan yang lebih tinggi. Akan tetapi didalam kehidupan bermasyarakat orang tidak cukup hanya berbuat yang pantas jika didalam yang pantas atau sopan itu misalnnya terkandung kejahatan terselubung. Karean itu maka pengertian yang lebih. Dalam bahasa ilmiah sering digunakan dua macam istilah yang mempunyai konotasi berbeda yaitu, etiket (persoalan kepantasan dan kesopanan) dan etika (persoalan kebaikan). Kesusilaan diartikan mencakup etika dan  etiket. Persoalan kesusilaan selalu berhubungan erat dengan nilai-nilai. Pada hakikatnya manusia memiliki kemampuan untuk mengambil keputusan susila, serta melaksanakannya sehingga dikatakan manusia itu adalah mahluk susila.

 

Pengembangan Dimensi-Dimensi Hakikat Manusia

Sasaran pendidikan adalah manusia sehingga dengan sendirinya pengembangan dimensi hakikat manusia menjadi tugas pendidikan. Meskipun pendidikan itu pada dasarnya baik tetapi dalam pelaksanaanya mungkin saja bisa terjadi keslahan-kesalahan yang lazimnya disebut salah didik. Sehubugan dengan itu ada dua kemungkinan yang bisa terjadi yaitu:

  1. Pengembangan yang utuh

Tingkst krutuhan perkembangan dimensi hakikat manusia ditentukan oleh dua faktor, yaitu kualitas dimensi hakikat manusia itu sendiri dan kualitas pendidikan yang disediakan untuk memberikan pelayanan atas perkembangannya.

Selanjutnya dengan itu ada dua kemungkinan yang bisa terjadi, yaitu:

a)      Dari wujud dimensinya

Keutuhan terjadi antara aspek jasmani dan rohani, antara dimensi keindividualian, sesosialan,kesusilaan dan keberagamaan, antar aspek kognitif. Afektif dan psikomotorik. Pengembangan aspek jasmanisah dan rohaniah dikatakan utuh jika keduanya mendapat pelayanan secara seimbang. Pengembangan dimensi keindividualan, kesosialan,kesusilaan dan keberagamaan dikatakan utuh jika semua dimensi tersebut mendapatkan layanan dengan baik, tidak terjadi pengabaian terhadap salah satunya. Pengembangan domain kognitif, afektif dan psikomotor dikatakan utuh jika tiga-tiganya mendapat pelayanan yang berimbang.

b)      Dari arah pengembangan

Keutuhan pengembangan dimensi hakikat manusia dpat diarahkan kepada pengembangan dimensi keindividualan, kesosialan, kesusilaan dam kebergamaan secara terpadu. Dapat disimpulkan bahwa pengembangan dimensi hakikat manusi yang utuh diartikan sebagai pembinaan terpadu terhadap dimensi hakikat manusia sehingga dapat tumbuh dan berkembang seacra selaras. Perkrmbangan di maksud mencakup yang horizontal (yang menciptakan keseimbangan) dan yang bersifat vertical (yang menciptakan ketinggian martabat manusia). Dengan demikian totalitas membentuk manusia yang utuh.

  1. Pengembangan yang tidak utuh

Pengembangan yang tidak utuh terhadap dimensi hakikat manusia akan terjadi didalam proses pengembangan jika ada unsure dimensi hakikat manusia yang terabaikan untuk ditangani, misalnya dimensi kesosialan didominasi oleh pengembangan dimensi keindividualan ataupun domain afektif didominasi oelh pengembangan dimensi keindividualan atupun domain afektif didominasi oleh pengembangan domain kognitif. Demikian pula secara vertical ada domain tingkah laku terabaikan penanganannya. Pengembangan yang tidak utuh berakibat terbentuknya kepribadian yang pincang dan tidak mentap pengambangan semacam ini merupakan pengembangan yang patologis.

 

Sosok Manusia Indonesia

Sosok manusia Indonesia seutuhnya telah di rumuskan di dalam GBNH mengenai arah pembangunan jangka panjang. Dinyatakan bahwa pembangunan nasional dilaksanakan di dalam rangka pembangunan manusia Indonesia seutuhnya dan pembangunan seluruh masyarakat Indonesia. Hal ini berarti bahwa pembangunan itu tidak hanya mengejar kemajuan lahirlah, sperti pangan, sandang, perumahan, kesehatan atupun kepuasaan batiniah seperti pendidikan, rasa aman, bebas mengeluarkan pendapat yang bertanggung jawab atau rasa keadilan, melainkan keselarasan, keserasian dan kseimbangan antara kedua sekaligus batiniah.

Selanjutnya juga diartikan bahwa pembangunan itu merata diseluruh tanah air, bukan hanya untuk golongan atau sebagian dari masyarakat. Salanjutnya juga di artikan sebagai keselarasan hubugan antara manusia dan tuhannya, antara sesama manusia, antara manusia dengan lingkungan alam sekitarnya, keserasian hubungan antara bangsa-bangsa dan juga keselarasan antara cita-cita hidup di dunia dengan kebahagiaan diakhirat.

PENUTUP

Kesimpulan

Dari uraian diatas dapat disumpulkan bahwa sifat hakikat manusia dengan segnap dimensinya hanya dimiliki oleh manusia tidak terdapat pada hewan. Cirri-ciri yang khas tersebut membedakan secara prinsipiil dunia hewan dari dunia manusia. Adanya hakikat tersebut membrikan tempat kedudukan pada manusia sedimikian rupa sehingga derajat lebih tinggi dari pada hewan dan sekaligus menguasai hewan.salah satu hakikat yang istimewa ialah adanya kemampuan menghayati kabahagian pada manusia semua sifat hakikat manusia dapat dan harus ditumbuhkan kembangkan melalui pendidikan. Berkat pendidikan maka sifat hakikat manusia dapat ditumbuhkembangkan secara selaras dan berimbang sehingga menjadi manusia yang utuh.

 

DAFTAR PUSTAKA

Tirtarahardja, umar.1990.pengantar pendidikan.jakarta.rineka cipta.

http://muhammadmuslih06.blogspot.com/2012/12/hakikat-manusia-dan-pengembangannya.html

http://jayustic.blogspot.com/2013/02/hakikat-manusia-dan-pengembangannya.html

 

 

*) Helmy Yusuf Evendi, penulis adalah mahasiswa STKIP PGRI Pacitan Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia kelas A. Makalah disusun guna memenuhi sebagian tugas individu pada mata kuliah  ilmu pengantar  Pendidikan tahun akademik 2013/2014 dengan dosen pengampu Afid Burhanuddin, M.Pd.

 

 

 

2 tanggapan untuk “Hakikat Manusia dan Perkembangannya”

Tinggalkan komentar