Konsepsi Teori Nativisme dalam Praktek Pendidikan

Berbagai macam aliran atau teori dikemukakan dalam sangkut paut pembelajaran atau suatu keberhasilan dalam pendidikan. Dari berbagai permasalahn itu muncul beberapa teori yang sering dikenal dalam pensisikan yaitu empirisme, nativisme dan konvergensi. Ketiga teori ini mempunyai penertian dan saling berlatar belakangan. Namun edalam pembahasan makalah ini, kita hanya akan membahas tentang teori nativisme, dimana pengertian atau isi dari dari teori tersebut adalah “perkembangan individu itu ditentukan oleh pembawaan atau dasar kekuatan kodrat yang dibawa sejak lahir. Semua perkembangan iyu hanya akan dipengaruhi oleh pembawaan sejak lahir dan pengaruh-pengaruh dari luar seperti lingkungan tidak bisa mempengaruhi perkembangan anak tersebut. Tentu sangat jelas teori nativisme ini berlatar belakang berbeda dengan teorinya empirisme yang mempunyai konsep bahwa perkembangan individu ditentukan oleh pengalaman, sedang dasar sama sekali tidak memainkan peranan.

Dalam suatu proses pendidikan, anak akan mempunyai ketergantungan dengan pembawaannya itu sendiri. Dalam arti kata bahwa seseorang akan berhasil dalam pendidikan dari ketergantungan pembawaannya. Jika dalam pembawaannya tersebut memiliki bakat jahat maka anak akan menjadi jahat, begitu juga sebaliknya jika dari bawaannya ia memiliki bakat baik maka anak akan menjadi baik. Oleh karena itu dalam menyelenggarakan suatu pendidikan harus disesuaikan dengan bakat yang dibawanya agar mempunyai hasil baik dan tidak akan sia-sia.

Banyak contoh yang terjadi disekeliling kita yaitu suatu keberhasilan berasal dari bawaannya sejak lahir. Contohnya seperti seorang anak yang memiliki seni musik yang berasal dari orang tuanya juga sebagai ahli seni musik, hal ini terlihat bahwa orang tua menurunkan bakat atau kemampuan mereka kepada anaknya dan kemampuan anak akan bisa lagi melebihi kemampuan orang tuanya.

 

A. Pengaruh Dan Konsep Teori Nativisme Dalan Praktek Pendidikan

Telah cukup banyak dibicarakan hal-ikhwal tentang pendidikan, baik kaitannya dengan hakikat kehidupan manusiA, maupun kaitannya dengan kebudayaan sebagai produk dari proses pendidikan. Pada saat manusia mengalami tahap perkembangan, naik secara fisik maupun rohaninya dalam proses pendidikan, muncullah pertanyaan mendasar tentang faktor yang paling berpengaruh terhaap perkembangan itu. Apakah faktor bakat dan kemampuan diri manusia itu sendiri, atau faktor dari luar diri manusia, ataukah kedua-dunya itu secara bersama-sama. Dari faktor pertamalah timbul teori yang disebut sebagai teori nativisme. Nativisme berasal dari kata “nativus” artinya pembawaan.

Teori nativisme dikenal juga dengan teori naturalisme atau teori pesimisme. Teori ini berpendapat bahwa manusia itu mengalami pertumbuhkembangan bukan karena faktor pendidikan dan intervensi lain diluar manusia itu, melainkan ditentukan oleh bakat dan pembawaannya. Teori ini berpendapat bahwa upaya pendidikan itu tidak ada gunanya san tidak ada hasilnya. Bahkan menurut teori ini pendidikan itu justru akan merusak perkembangan anak. Pertumbuh kembangan anak tidak perlu diintervensi dengan upaya pendidikan, agar pertumbuh kembangan anak terjadi secara wajar, alamiah, sesuai dengan kodratnya.

Telah dibahas pada sebelumnya bahwa teori nativisme berpendapat tentang perkembangan individu ditentukan oleh faktor bawan sejak lahir, serta faktor lingkungan kurang berpengaruh terhadap pendidikan dan perkembangan anak. Menganalisis dari pendapat tersebut, anak yang dilahirkan dengan bawaan yang baik akan mempunyai bakat yang baik juga begitu juga sebaliknya. Faktor bawaan sangat dominan dalam menentukan keberhasilan belajar atau pendidikan,. Faktor-faktor yang lainnya seperti lingkungan tidak berpengaruh sama sekali dan hal itu juga tidak bisa diubah oleh kekuatan pendidikan. Pendidikan yang diselenggarakan merupakan suatu usaha yang tidak berdaya menurut teori tersebut, karena anak akan menetukan keberhasilan dengan sendirinya bukan melalui sebuah usaha pendidikan. Walaupun dalam pendidikan tersebut diterapkan dengan keras maupun secara lembut, anak akan tetap kembali kesifat atau bakat dari bawaannya. Begitu juga dengan faktor lingkungan, sebab lingkungan itu tidak akan berdaya mempengaruhi perkembangan anak.

Dalam teori nativisme telah ditegaskan bahwa sifat-sifat yang dibawa dari lahir akan menentukan keadaannya. Hal ini dapat diklaim bahwa unsur yang paling mempengaruhi perkembangan anak adalah unsure genetic individu yang diturunkan dari orang tuanya. Dalam perkembangannya tersebut anak akan berkembang dalam cara yang terpola sebagai contoh anak akan tumbuh cepat pada masa bayi, berkurang pada masa anak, kemudian berkembang fisiknya dengan maksimum pada masa remaja dan seterusnya.

Menurut teori nativisme ada beberapa faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan manusia yaitu :

1. Faktor genetik

Orang tua sangat berperan penting dalam faktor tersebut dengan bertemunya atau menyatunya gen dari ayah dan ibu akan mewariskan keturunan yang akan memiliki bakat seperti orang tuanya. Banyak contoh yang kita jumpai seperti orang tunya seorang artis dan anaknya juga memiliki bakat seperti orang tuanya sebagai artis.

2. Faktor kemampuan anak

Dalam faktor tersebut anak dituntut untuk menemukan bakat yang dimilikinya, dengan menemukannya itu anak dapat mengembangkan bakatnya tersebut serta lebih menggali kemampuannya. Jika anak tidak dituntut untuk menemukannya bakatnya, maka anak tersebut akan sulit untuk mengembangkan bakatnya dan bahkan sulit untuk mengetahui apa sebenarnya bakat yang dimilikinya.

3. Faktor pertumbuhan anak

Faktor tersebut tidak jauh berbeda dengan faktor kemampuan anak, bedanya yaitu disetiap pertumbuhan dan perkembangannya anak selalu didorong untuk mengetahui bakat dan minatnya. Dengan begitu anak akan bersikap responsiv atau bersikap positif terhadap kemampuannya.

Dari ketiga faktor tersebut berpengaruh dalam perkembangan serta kematangan pendidikan anak. Dengan faktor ini juga akan menimbulkan suatu pendapat bahwa dapat mencipatakan masyarakat yang baik.

Dengan ketiga faktor tersebut, memunculkan beberapa tujuan dalam teori nativisme, dimana dengan  faktor-faktor yang telah disampaikan dapat menjadikan seseorang yang mantap dan mempunyai kematangan yang bagus.

Adapun tujuannya adalah sebagai berikut :

1. Dapat memunculkan bakat yang dimiliki.

Dengan faktor yang kedua tadi, diharapkan setelah menemukan bakat yang dimiliki, dapat dikembangkan dan akan menjadikan suatu kemajuan yang besar baginya.

2. Menjadikan diri yang berkompetensi.

Hal ini berkaitan dengan faktor ketiga, dengan begitu dapat lebih kreatif dan inovatif dalam mengembangkan bakatnya sehingga mempunyai potensi dan bisa berkompetensi dengan orang lain.

3. Mendorong manusia dalam menetukan pilihan.

Berkaitan dengan faktor ketiga juga, diharpkan manusia bersikap bijaksana terhadap apa yang akan dipilih serta mempunyai suatu komitmen dan bertanggung jawab terhadap apa yang telah dipilihnya.

4. Mendorong manusia untuk mengembangkan potensi dari dalam diri seseorang.

Artinya dalam mengembangkan bakat atau potensi yang dimiliki, diharapkan terus selalu dikembangkan dengan istilah lain terus berperan aktif dalam mengembangkannya, jangan sampai potensi yang dimiliki tidak dikembangkan secara aktif.

5. Mendorong manusia mengenali bakat minat yang dimiliki.

Banyak orang bisa memaksimalkan bakatnya, karena dari dirinya sudah mengetahui bakat-bakat yang ada pada dirinya dan dikembangkan dengan maksimal.

Melihat dari tujuan-tujuan itu memang bersifat positif. Tetapi dalam penerapan di praktek pendidikan, teori tersebut kurang mengenai atau kurang tepat tanpa adanya pengaruh dari luar seperti pendidikan. Dalam praktek pendidikan suatu kematangan atau keberhasilan tidak hanya dari bawaan sejak lahir. Akan tetapi banyak faktor-faktor yang dapat mempengaruhinya seperti lingkungan. Dapat diambil contoh lagi yaitu orang tua yang tidak mampu dan kurang cerdas melahirkan anak yang cerdas daripada orang tuanya. Hal tersebut tidak hanya terpaut masalah gen, tetapi ada dorongan-dorongan dari luar yang mempengaruhi anak tersebut.

Seperti yang telah diungkapkan sebelumnya, sekarang ini yang ada dalam praktek pendididkan tidak lagi memperhatikan apakah manusia memiliki bakat dari lahir atau tidak, melainkan kemauan atau usaha yang dilakukan oleh manusia tersebut untuk kemajuan yang besar bagi dirinya. Memang secara teoritis pendidikan tidaklah berpengaruh atau tidak berdaya dalam membentuk atau mengubah sifat dan bakat yang dibawa sejak lahir. Kemudian potensi kodrat menjadi cirri khas pribadi anak dan bukan dari hasil pendidikan. Terlihat jelas bahwa anatara teori nativisme dan pendidikan tidak mempunyai hubungan serta tidak saling terkait antara yang satu dengan lainnya. Oleh sebab itulah aliran atau teori nativisme ini dianggap aliran pesimistis, karena menerima kepribadian anak sebagaimana adanya tanpa kepercayaan adanya nilai-nilai pendidikan yang dapat ditanamkan intuk merubah kepribadiannya.

 

B. Pandangan Pendidikan Terhadap Teori Nativisme

Sebelumnya telah disinggung mengenai teori nativisme tersebut, pendidikan tidak bisa mengubah atau mempengaruhi perkembangan anak dan dengan adanya pendidikan akan merusak perkembangan anak tersebut. Melihat hal tersebut muncul pandangan dengan demikian dalam praktek atau aplikasi dari teori tersebut tidaklah memerlukan suatu pendidikan baik itu pendidikan yang bersifat keras maupun lembut, dan walaupun diberikan pendidikan maka  akan menjadikannya suatu hal yang sia-sia.

Pendidikan sangatlah diperlukan oleh setiap manusia, karena tanpa pendidikan tidak akan bisa berkembang walaupun dari bawaan sejak lahir sudah memiliki potensi.

Fungsi pendidikan yaitu memberikan dorongan  atau menggandeng manusia untuk menjadi lebih naik serta dengan adanya pendidikan dapat lebih lagi memaksimalkan, mengembangkan segala potensi, bakat dan kemampuan yang dimiliki. Selain dari itu juga pendidikan tidak hanya harus kepada akademik saja melainkan harus memperhatikan kegiatan-kegiatan yang bisa juga untuk menjadi wadah dalam mengembangkan dan menyalurkan bakat anak diluar akademik.

 

PENUTUP

  1. A.  Kesimpulan

Dapat kita simpulkan bahwa isi dari teori nativime adalah perkembangan individu ditentukan oleh faktor bawaan sejak lahir. Faktor lingkungan baik itu didalamnya suatu pendidikan kurang berpengaruh terhadap perkembangan dan pendidikan anak. Kemudian pendidikan dianggap suatu hal yang sia-sia karena pendidikan tidak akan dapat merubah kodrat bawaan tersebut.

Selain dari iru terdapat beberapa faktor dan tujuan yang dicapai dari teori nativisme tersebut dan saling terkait sehingga menghasilkan masyarakat yang baik. Selain itu pendidikan tidak diperlukan dalam pembentukan kepribadian seseorang, sehingga antara pendidikan dan teori tersebut tidak berhubungan.

 

 

B. Saran

Dalam penulisan isi makalh ini terdapat beberapa kekurangan serta kesalahan yang dikarenakan kurangnya referensi atau pengetahuan yang terbatas. Untuk itu perlu adanya saran agar dalam isi makalah tersebut bisa lebih baik dari sebelumnya dan menjadi suatu motivasi atau dorongan untuk lebih baik lagi.

DAFTAR PUSTAKA

http://aharianto8.blogspot.com/2009/02/beberapa-konsepsi-dan-aliran-pokok_10.html

Aliran, Teori, dan Pilar-pilar dalam Pendidikan

http://one.indoskripsi.com/judul-skripsi-tugas-makalah/tugas-kuliah-lainnya/nativisme-empirisme-dan-naturalisme

TEORI NATIVISME

http://cogsci.bandungfe.net/csfp/?id=040203

http://bamseducation.blog.com/2009/01/28/teori-pendidikan/

http://eri-s-unpak.blogspot.com/2009/05/teori-belajar-bahasa.html

http://drmiftahulhudauin.multiply.com/journal/item/11

TEORI NATIVISME

http://kuliahpsikologi.dekrizky.com/manusia-dan-perkembangannya

http://one.indoskripsi.com/judul-skripsi-tugas-makalah/akuntansi/aliran-aliran-pendidikan

 

Oleh: Threevira Mahnunah

STKIP PGRI Pacitan

 

Satu komentar pada “Konsepsi Teori Nativisme dalam Praktek Pendidikan”

Tinggalkan komentar